Selasa, 13 Juli 2010

LAUTAN KITA

LAUT KITA YANG KITA LUPAKAN

Prof.. Dr. Otto Soemarwoto

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan . Jumlah pulaunya lebih dari 17.000 buah yang terbentang di sepanjang khatulistiwa. Luas daratanya hampir 2 juta km persegi, sedangkan luas lautannya, termasuk Zona Ekonomi Ekslusif, hampir 6 juta km persegi. Jadi luas daratan kita hanyalah sepertiga luas laut kita. Bahkan, provinsi Maluku luas daratanya hanyalah 10% saja dari luas provinsi, sisanya 90% adalah laut.

Panjang pantai kita adalah sekitar 81.000 km. Nampaklah dengan jelas bahwa negara kita adalah sebuah negara bahari. Tetapi sayangnya, bangsa kita bukanlah bangsa bahari, melainkan bangsa yang berorientasi pada daratan. Misalnya, dulu ibukota Riau adalah Tanjungpinang yang terletak di sebuah pulau di tengah laut. Tetapi kemudian dibangun ibukota baru, yaitu Pekanbaru yang terletak di tengah daratan.

Pembangunan kita juga berorientasi pada daratan. Misalnya, kita banyak berbicara tentang pembangunan jalan raya lintas pulau, antara lain, jalan raya lintas Sumatera dan jalan raya lintas Sulawesi. Juga telah terlontar pembangunan jembatan antar pulau, seperti jembatan Jawa-Bali dan Jawa Sumatera. Pembangunan jembatan Jawa – Madura juga telah selesai.

Laut kita anggap sebagai pemisah pulau yang satu dengan pulau yang lain. Padahal laut sebenarnya adalah penghubung pulau-pulau. Laut merupakan jalan raya yang disediakan oleh alam untuk mengangkut orang,hewan dan barang yang murah. Kita tak perlu membangun jalan raya. Tak perlu pula untuk memeliharanya. Kita tinggal membangun alat transportasinya,yaitu kapal,dan terminalnya,yaitu pelabuhan. Jadi pembangunan transportasi laut lebih murah daripada pembangunan sistem transportasi jalan di daratan.

Akan jauh lebih murah untuk memodernisasi feri kita antara Jawa dan Sumatra,Jawa dan Bali, Bali dan Lombok serta Lombok dan Sumbawa daripada membangun jembatan.

TNI kita juga lebih didominasi oleh Angkatan Darat. Letak geografis kita antara Lautan Hindia dan Lautan Pasifik memerlukan Angkatan Laut yang kuat,karena laut kita menjadi penghubung kedua lautan tersebut. Tetapi Angkatan Laut kita lemah. Tidak mempunyai kapal perang modern. Jumlah kapal patroli pun tidak memadai untuk patroli laut kita yang luasnya 6 juta km persegi. Angkatan Laut kita sangat diperlukan untuk menjaga keamanan dan intergritas negara kita,misalnya menjaga terjadinya perompakan laut dan penyeludupan senjata.

Laut kita mengandung banyak kekayaan, antara lain, ikan, rumput laut, dan mutiara. Di sepanjang pantai kita mempunyai sekitar 350.000 ha tambak. Terumbu karang kita luasnya 7.500 km persegi yang merupakan sumber daya yang amat penting untuk perikanan dan pariwisata. Dasar laut kita juga mengandung banyak minyak bumi dan gas alam. Berpuluh juta orang menggantungkan hidupnya dari sumber daya laut kita.

Tidak banyak pula orang Indonesia yang terjun ke dalam ilmu kelautan. Padahal kehidupan kita kita sangat dipengaruhi oleh laut, antara lain, iklim kita. Misalnya,musim hujan dan musim kemarau kita. El-nino dan El-Nina juga dipengaruhi oleh suhu lautan.

Dulu nenek moyang kita adalah pelaut. Misalnya, nenek moyang kita belayar sampai ke Afrika. Kapal Borobudur ingin “menapak tilas” perjalanan nenek moyang kita itu. Sayangnya, media massa tidak banyak meliputnya. Cerita kepahlawanan pelaut kita, misalnya Hang Tuah, juga menunjukkan bahwa nenek moyang kita adalah seorang pelaut. Kini yang tinggal hanyalah

kelompok-kelompok kecil yang masih menjadi pelaut,misalnya., bangsa Madura, Bajo, dan Bugis.

Hari depan kita tidak terletak pada daratan, melainkan lebih pada laut kita. Kita harus mengubah bangsa kita , menjadi bangsa bahari. Laut kita haruslah menjadi penghubung dan pemersatu suku-suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bukan pemisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar